TEMPO.CO, Warsawa – Perwakilan dari lembaga swadaya masyarakat Polandia, yang menangani anak korban pelecehan seksual oleh imam Katholik, mengirimkan utusan ke Vatikan menjelang digelarnya konferensi pertama bertema penanganan pelecehan seksual anak.
Baca:
Konferensi empat hari ini digelar oleh Paus Fransiskus mulai Kamis, 21 Februari 2019 untuk membantu para uskup menangani kasus pelecehan seksual anak dan remaja oleh pastor di negara masing-masing.
Organisasi bernama “Have No Fear” ini bakal mengadukan sejumlah kasus pedofilia yang penanganannya diabaikan oleh uskup di Polandia.
“Laporan kami berisi pengabaian oleh uskup selama beberapa tahun ini. Kami berharap Paus, setelah membaca laporan ini, akan bereaksi sama seperti kasus di Cile,” kata Marek Lisinski, pemimpin organisasi “Have No Fear” seperti dilansir Reuters pada Senin, 18 Februari 2019.
Baca:
Kasus pelecehan seksual anak di Cile terungkap pada 2018 dan berujung pengunduran diri sejumlah uskup, yang terkait skandal ini.
Lisinski berharap laporan dari Polandia ini akan memicu pengunduran diri sejumlah pimpinan tertinggi gereja. Menurut dia, sejumlah uskup di gereja Katholik di Polandia gagal melaporkan kasus pelecehan seksual ini kepada pihak berwajib.
Salah satu korban bernama Mariusz Milewski, 28 tahun, yang mengaku pernah mengalami pelecehan seksual oleh seorang imam di sebuah kota kecil yang terletak sekitar 163 kilometer di barat daya ibu kota Warsawa. Insiden pelecehan pertama terjadi pada saat dia berusia 9 tahun. Dia mengalami pelecehan selama sembilan tahun kemudian.
Baca:
“Setiap kali saya pergi ke gereja itu, saya merasa takut imam itu akan mengundang saya ke sebuah ruangan tempat dia melakukan hal-hal itu kepada saya,” kata Milewski dalam sebuah wawancara televisi.
Milewski mengatakan dia berasal dari keluarga miski dan ayahnya kecanduan alkohol. “Saya sendirian menghadapi ini, dan saya tidak punya siapapun untuk meminta tolong. Saya menyalahkan diri saya dan bertanya apakah saya mengalami ini karena dosa saya,” kata dia.
Baca:
Imam pelaku pelecehan seksual itu telah dipenjara pada 2014 selama tiga tahun setelah menjalani persidangan di pengadilan. Namun, pengadilan kanonikal justru menyatakan imam ini tidak bersalah. “Para pengkritik mengatakan ini menunjukkan gereja kerap membela para pelaku pelecehan seksual,” begitu dilansir Reuters.
Di Polandia, para korban pelecehan seksual oleh imam justru mendapat stigma sebagai pembuat tuduhan palsu meskipun pelaku pelecehan seksual telah dipenjara. Ini terjadi karena imam memiliki status sosial yang relatif tinggi di Polandia.
Media Telegraph melansir konferensi yang akan digelar di Vatikan mengenai penanganan korban pelecehan seksual bakal diikuti oleh sekitar 200 uskup, uskup agung, dan sejumlah tokoh Katholik lainnya dari berbagai negara.
Baca:
Ini merupakan upaya terbesar untuk menangani skandal yang telah menggerus keyakinan di Gereja Katholik di AS, Irlandia, Australia.
“Bakal ada upaya untuk menutup dimanapun ada celah,” kata Charles Scicluna, uskup agung dari Malta, yang merupakan salah satu panitia. “Ini merupakan hari baru transparansi. Uskup akan dimintai pertanggungjawaban. Harapan saya orang-orang akan melihat ini sebagai titik balik,” kata Scicluna. Paus Fransiskus telah mengumumkan soal pelaksanaan konferensi itu pada awal pekan ini.